Kamis, 04 Oktober 2012

Kematian yang Menyadarkan Kita

Belia, muda, maupun tua tidak ada yang tahu, mereka pun bisa merasakan kematian. Setahun yang silam, kita barangkali melihat saudara kita dalam keadaan sehat bugar, ia pun masih muda dan kuat. Namun hari ini ternyata ia telah pergi meninggalkan kita. Kita pun tahu, kita tidak tahu kapan maut menjemput kita. Entah besok, entah lusa, entah kapan. Namun kematian sobat kita, itu sudah cukup sebagai pengingat, penyadar dari kelalaian kita.  Bahwa kita pun akan sama dengannya, akan kembali pada Allah. Dunia akan kita tinggalkan di belakang. Dunia hanya sebagai lahan mencari bekal. Alam akhiratlah tempat akhir kita. Sungguh kematian dari orang sekeliling kita banyak menyadarkan kita. Oleh karenanya, kita diperingatkan untuk banyak-banyak mengingat mati. Dan faedahnya amat banyak. Kami mengutarakan beberapa di antaranya kali ini.

Untuk Siapa Amalmu?

Ustadz Abu Mushlih Ari Wahyudi

Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah mereka diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama untuk-Nya dalam keadaan condong kepada-Nya.” (QS. al-Bayyinah: 5)

Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian batalkan pahala sedekah-sedekah kalian dengan mengungkit-ungkit kebaikan dan menyakiti [perasaan si penerima], seperti halnya orang yang menginfakkan hartanya karena ingin dilihat oleh manusia.” (QS. al-Baqarah: 265)

Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Mereka [orang munafik] itu ingin dilihat oleh manusia, dan tidak mengingat Allah kecuali sedikit saja.” (QS. an-Nisaa': 142)

Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah, apabila kalian menyembunyikan apa yang ada di dalam hati kalian ataupun menampakkannya maka Allah pasti mengetahuinya.” (QS. Ali Imran: 29)

Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Tidak akan sampai kepada Allah daging [kurban] dan tidak juga darahnya, akan tetapi yang akan sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kalian.” (QS. al-Hajj: 37)

Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Sesungguhnya sholatku dan sembelihanku, hidup dan matiku, semuanya adalah untuk Allah Rabb seru sekalian alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan itulah yang diperintahkan kepadaku, dan aku adalah orang yang pertama-tama pasrah.” (QS. al-An'aam: 162-163)

Sufyan bin Uyainah berkata: Abu Hazim berkata, “Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu lebih daripada kesungguhanmu dalam menyembunyikan kejelekan-kejelekanmu.” (Ta'thirul Anfas, hal. 231)

al-Fudhail bin Iyadh berkata, “Ilmu dan amal terbaik adalah yang tersembunyi dari pandangan manusia.” (Ta'thirul Anfas, hal. 231)

Dari Yazid bin Abdullah bin asy-Syikhkhiir, dia menceritakan bahwa ada seorang lelaki yang bertanya kepada Tamim ad-Dari, “Bagaimana sholat malammu?”. Maka beliau pun marah sekali, beliau berkata, “Demi Allah, sungguh satu raka'at yang aku kerjakan di tengah malam dalam keadaan rahasia itu lebih aku sukai daripada aku sholat semalam suntuk kemudian hal itu aku ceritakan kepada orang-orang.” (Ta'thirul Anfas, hal. 234)